Subcribe to our Newsletters

Jumat, 03 Juni 2011

Musik : Solusi Terapi bagi ODHA

Dua puluh tahun belakangan penyakit HIV-AIDS meluas di berbagai belahan dunia. Dari survey orang dalam 20 tahun terakhir terinfeksi lebih dari 60 juta Virus HIV. Dari jumlah itu, 20 juta orang meninggal karena Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS). Tahun 2001, UNAIDS (United Nations Joint Program on HIV atau AIDS) memperkirakan, jumlah Orang Hidup Dengan HIV atau AIDS (ODHA) 40 juta jiwa.
Sejak meluasnya penyakit yang disebabkan oleh virus bernama HIV (Human Immunodeficiency Virus) , tim dokter dari seluruh dunia berusaha untuk membuat keadaan ODHA membaik dengan berusaha menawarkan solusi-solusi terbaik bagi penderita. Sampai saat ini, HIV-AIDS sangat sulit untuk disembuhkan, bahkan dapat dikatakan hampir tidak mungkin. Hal terbaik yang dapat di lakukan tim dokter saat ini hanya memperlama masa hidup ODHA. Salah satu cara menarik yang tidak biasa adalah terapi musik. Musik memiliki kekuatan untuk mengobati penyakit dan meningkatkan kemampuan pikiran seseorang. Ketika musik diterapkan menjadi sebuah terapi, termasuk salah satunya terapi HIV/AIDS, musik dapat meningkatkan, memulihkan, dan memelihara kesehatan fisik, mental, emosional, sosial dan  spiritual dari ODHA.
Musik bekerja pada sistem saraf otonom yaitu bagian sistem saraf yang bertanggung jawab mengontrol tekanan darah, denyut jantung dan fungsi otak, yang mengontrol perasaan dan emosi. Menurut penelitian, kedua sistem tersebut bereaksi sensitif terhadap musik. Ketika kita merasa sakit, kita menjadi takut, frustasi dan marah yang membuat kita menegangkan otot-otot tubuh, hasilnya rasa sakit menjadi semakin parah. Mendengarkan musik secara teratur membantu tubuh relaks secara fisik dan mental, sehingga membantu menyembuhkan dan mencegah rasa sakit.
Dr. Joanne Loewy yang memimpin tiga penelitian di Israel Medical Center mengetahui bagaimana musik bisa memperingan penderitaan anak AIDS, leukemia, asma dan gangguan otak yang berat. Joanne melihat musik bisa banyak meringankan keadaan mereka. Menurut penelitian terbarunya, musik berpengaruh langsung ke otak dan berakibat ke proses kerja tubuh. Dari hasil EKG (elektrokardiogram), dalam keadaan tenang dan tidak kesakitan, grafik jantung seseorang tidak melompat-lompat. Sebaliknya, pada saat sedang ketakutan, kesakitan atau dilanda stres, ritme jantungnya "membeku" di frekuensi tertentu.
Pemilihan jenis musik sangatlah penting. "Untuk beberapa orang, musik klasik mungkin terbaik untuknya dan bagi sebagian orang lagi musik Jazz baik buat mereka," ujar Joanne.
Semuanya sangat tergantung dari pribadi orang tersebut. Musik dapat menentramkan kegelisahan dan bahkan mengurangi perasaan sakit. Musik juga dapat mengurangi kebutuhan akan obat-obatan yang selama ini menolong para pasien dari rasa takut dan sakit.

Tidak ada komentar: